
Bagaimana China dan Rusia merencanakan misi ke Bulan?
China dan Rusia merencanakan misi ke Bulan, dua negara dengan program luar angkasa yang ambisius, telah merencanakan misi mereka ke Bulan dengan tujuan yang serupa namun dengan pendekatan yang berbeda. Kedua negara ini berencana untuk melakukan eksplorasi lebih dalam ke Bulan, dengan fokus pada pendaratan manusia dan pembangunan infrastruktur lunar untuk mendukung eksplorasi luar angkasa lebih lanjut. Meskipun NASA memimpin upaya internasional dalam hal misi ke Bulan melalui program Artemis, China dan Rusia juga memandang Bulan sebagai titik penting dalam ambisi mereka untuk meningkatkan pengaruh global di ruang angkasa. Berikut adalah rencana dan pencapaian masing-masing negara terkait misi ke Bulan.
1. Program Luar Angkasa China: Ambisi Bulan dan Mars
China telah memperkuat posisinya dalam eksplorasi luar angkasa sejak awal 2000-an dengan meluncurkan serangkaian misi yang sukses, termasuk misi pengorbit Bulan dan pendaratan robotik. Program luar angkasa China dikendalikan oleh China National Space Administration (CNSA), yang merencanakan misi eksplorasi lebih lanjut ke Bulan melalui program Chandrayaan dan Chang’e.
Misi Chang’e: Pendaratan Robotik di Bulan
China telah berhasil melakukan sejumlah pendaratan robotik di Bulan melalui program Chang’e. Misi Chang’e 3, yang diluncurkan pada 2013, berhasil mendaratkan rover Yutu di permukaan Bulan, menjadikannya negara ketiga setelah AS dan Uni Soviet yang berhasil mendaratkan rover di Bulan. Pada 2020, Chang’e 5 berhasil melakukan pendaratan di Bulan, mengumpulkan sampel, dan kembali ke Bumi dengan membawa bahan dari permukaan Bulan, yang merupakan pencapaian luar biasa bagi China dalam eksplorasi luar angkasa.
China berencana untuk melanjutkan upaya eksplorasi Bulan dengan misi-misi selanjutnya dalam program Chang’e. Chang’e 6, yang direncanakan untuk mendarat di daerah lain di Bulan dan mengumpulkan sampel baru, diharapkan akan diluncurkan dalam beberapa tahun mendatang. Chang’e 7 dan Chang’e 8 akan fokus pada eksplorasi lebih lanjut dan pembangunan infrastruktur lunar untuk misi masa depan.
Misi Manusia ke Bulan: Ambisi Masa Depan
China telah mengumumkan rencananya untuk mendaratkan astronautnya di Bulan pada awal 2030-an. Mereka berencana untuk mengirimkan misi berawak pertama mereka ke Bulan, dengan tujuan mengirimkan astronaut ke kutub selatan Bulan untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang sumber daya yang ada di sana. Salah satu fokus utama dari misi ini adalah penelitian sumber daya lunar, yang dapat digunakan untuk mendukung misi masa depan, termasuk potensi pemanfaatan air beku yang ditemukan di kutub selatan Bulan.
China juga berencana membangun stasiun lunar pada tahun 2030-an sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan keberadaan manusia yang berkelanjutan di Bulan. Stasiun ini diharapkan dapat digunakan untuk penelitian ilmiah, pengujian teknologi, dan uji coba sistem untuk perjalanan manusia ke Mars. China sangat tertarik untuk menggunakan Bulan sebagai tempat pengujian sebelum melakukan misi lebih jauh ke Mars.
2. Program Luar Angkasa Rusia: Fokus pada Penelitian dan Kolaborasi
Rusia memiliki sejarah panjang dalam eksplorasi luar angkasa, dengan pencapaian penting seperti peluncuran satelit pertama, Sputnik 1, dan pendaratan manusia pertama di luar angkasa, Yuri Gagarin. Namun, setelah akhir program Luna pada 1970-an, yang berhasil melakukan pendaratan robotik di Bulan dan membawa kembali sampel Bulan, Rusia belum melanjutkan upaya eksplorasi Bulan secara intensif.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Rusia kembali menunjukkan minat besar untuk melakukan eksplorasi lunar. Program luar angkasa Rusia, yang dikelola oleh Roscosmos, berencana untuk meluncurkan sejumlah misi ke Bulan, baik secara mandiri maupun dalam kolaborasi internasional.
Misi Robotik: Pendaratan Lunar dan Pengumpulan Sampel
Roscosmos telah merencanakan peluncuran misi robotik Luna 25 pada tahun 2021, yang akan menjadi misi pertama Rusia ke Bulan dalam hampir 50 tahun. Luna 25 dirancang untuk mendarat di kutub selatan Bulan, wilayah yang diperkirakan menyimpan cadangan air beku. Tujuan misi ini adalah untuk melakukan penelitian ilmiah tentang permukaan Bulan dan mengumpulkan data yang akan mendukung rencana pendaratan manusia di Bulan.
Misi robotik berikutnya, Luna 26 dan Luna 27, dijadwalkan untuk diluncurkan pada tahun 2020-an. Luna 26 akan bertugas mengorbit Bulan dan mengirimkan data ilmiah tentang permukaan Bulan, sedangkan Luna 27 akan mendarat di permukaan Bulan untuk melakukan penelitian lebih mendalam, termasuk pengujian untuk mengekstrak air dari regolit Bulan.
Misi Manusia ke Bulan: Kolaborasi dengan China dan Rencana Masa Depan
Roscosmos memiliki rencana untuk mendaratkan manusia di Bulan pada dekade 2030-an. Meskipun Rusia telah mengungkapkan keinginan untuk kembali ke Bulan, mereka lebih fokus pada kerja sama internasional daripada misi yang sepenuhnya independen. Pada 2021, Rusia dan China menandatangani perjanjian untuk bekerja sama dalam membangun stasiun penelitian bersama di Bulan. Stasiun ini akan berfokus pada penelitian ilmiah, pemanfaatan sumber daya lunar, dan uji coba teknologi yang dapat digunakan untuk misi Mars.
Kolaborasi ini menunjukkan bahwa Rusia dan China memiliki pendekatan yang lebih strategis dan saling melengkapi dalam merencanakan eksplorasi Bulan. Meskipun Rusia memiliki teknologi luar angkasa yang kuat, mereka menghadapi tantangan finansial dan teknis yang mengarah pada keputusan untuk bekerja sama dengan China, yang memiliki sumber daya lebih besar dalam beberapa bidang teknologi luar angkasa.
3. Tantangan dan Potensi Kolaborasi di Masa Depan
Baik China maupun Rusia menghadapi berbagai tantangan dalam merencanakan misi ke Bulan, termasuk masalah pendanaan, pengembangan teknologi, dan kebutuhan akan kerja sama internasional. Program luar angkasa yang ambisius membutuhkan investasi yang sangat besar, serta riset dan pengembangan teknologi yang belum sepenuhnya tersedia. Namun, dengan rencana untuk membangun kolaborasi internasional dan memanfaatkan teknologi terbaru, baik China maupun Rusia berusaha untuk memastikan bahwa mereka tetap menjadi pemain utama dalam eksplorasi luar angkasa di masa depan.
Kesimpulan
China dan Rusia memiliki rencana yang ambisius untuk misi ke Bulan, meskipun pendekatan mereka berbeda. China lebih fokus pada pencapaian misi manusia ke Bulan dan pembangunan stasiun lunar, sementara Rusia lebih menekankan pada misi robotik dan kolaborasi internasional, khususnya dengan China. Kedua negara ini berharap dapat memperkuat posisi mereka di ruang angkasa, baik melalui misi mandiri maupun dengan bekerja sama. Dalam dekade mendatang, kedua negara ini berpotensi menjadi kekuatan besar dalam eksplorasi luar angkasa, dengan Bulan menjadi langkah pertama mereka menuju misi lebih jauh, termasuk ke Mars.